Jakarta, Suaraperjuangan.id - Kebetulan tanggal ulang tahun saya persis satu hari sebelum ulang tahun PDI Perjuangan. Dan yang saya lakukan saat ulang tahun pasti adalah melakukan evaluasi perjalanan hidup yang saya lalui, introspeksi terhadap pikiran dan tindakan, Mengkaji seberapa besar manfaat hidup saya bagi sesama manusia dan setelah itu duduk terpekur memikirkan rencana rencana ke depan agar sisa usia tidak lagi terbuang sia sia.
Tidak jauh berbeda, PDI Perjuangan juga melakukan hal yang sama. Melakukan evaluasi, instrospeksi dan kemudian merancang masa depan agar menjadi lebih baik dalam ide, dalam kerja, dalam konsolidasi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik.
Itulah yang saya pahami dari pidato ketua umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarno Putri di Kemayoran beberapa hari lalu.
Pidato itu kemudian di analisa oleh para politisi, pengamat dan media massa. Ada beragam komentar, ada yang datar, ada yang memuji dan seperti biasa, selalu saja ada tetangga sebelah yang nyinyir dengan komentar tendensius bahkan cenderung manipulatif.
Ketika Ibu Megawati bicara tentang peran PDI Perjuangan pada Jokowi, maka kader bertepuk tangan, Jokowi senyum senyum, tapi diluar sana ada *redaksi Media Indonesia* yang menyatakan bahwa ibu *Megawati pamer kuasa di depan Jokowi.* judul yang terlalu tendensius, Apakah ada pihak yang merasa terganggu dengan gelak tawa kader dan senyum Jokowi dalam hangatnya acara ulang tahun PDI Perjuangan?
Menurut saya tulisan Redaksi Media Indonesia itu sangat tendensius dan subjektif bahkan manipulatif karena yang di nyatakan Ibu Megawati dalam pernyataan nya adalah *".... padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan duh kasihan deh".* Kalimat itu lalu di manipulasi menjadi judul berita *"Megawati Pamer Kuasa Di depan Jokowi"* padahal jelas dalam kalimat itu Megawati tidak menyebut dirinya tapi PDI Perjuangan.
Ketika Ibu Megawati meyebut peran PDI Perjuangan dalam kemenangan Jokowi maka tak bisa dibantah bahwa Ibu Megawati ingin menyampaikan bahwa yang berperan dalam kemenangan Jokowi bukan hanya satu dua tokoh tapi dalam kemenangan itu ada juga keringat deras dari struktur PDI Perjuangan hingga tingkat anak ranting. Ada keringat kader PDI Perjuangan dari yang berdasi hingga Kader PDI Perjuangan yang menjadi supir angkutan umum, petani, nelayan dan sebagainya.
Pertanyaan saya selanjutnya, Judul tendensius dan manipulatif di media itu sebenarnya mewakili kepentingan siapa? Apakah kepentingan dari tujuan ideal media massa yang menyajikan objektifitas tanpa kenyinyiran atau kepentingan agar laris manis atau mungkin mewakili kepentingan pemilik modal media itu yang konon ngebet mencalonkan Calon Presiden yang konon akan menjadi antitesa Jokowi atau mungkin terkait isu Resuffle, judul berkonotasi adu domba itu mungkin dianggap dapat mencegah "ancaman" Reshuffle.
Apapun motif dan tujuannya, tentu menyedihkan jika media yang harusnya menjadi pilar demokrasi dalam prakteknya justru menjadi pilar ambisi, media yang idealnya menjadi corong kebenaran dalam faktanya menjadi corong kepentingan. Tragis ketika Media tidak lagi menjadi alat membangun kecerdasan massa tapi murni menjadi alat propaganda berebut kuasa.
Saya paham, Setumpuk prestasi Ibu Megawati mungkin membuat banyak ego terganggu. Bagaimana tidak, dia seorang perempuan tetapi memimpin partai terbesar di negara dengan jumlah penduduk no 4 terbesar di dunia, perempuan yang berkali beradu ide dengan para pemimpin partai lain tapi partai yang dipimpinnya tetap unggul di sekian banyak pemilu, dia perempuan yang pernah mengalami kejam nya Orde Baru di saat sebagian besar sesama tokoh lain justru bermesraan dengan Orde Baru, dia Perempuan yang berkali berhadapan dengan kekerasan bahkan senjata dan mampu melewati semuanya dengan menang gemilang.
Dari semua catatan istimewa itu, saya hingga saat ini tetap percaya bahwa jika sekedar kata dari bibir manusia tak akan mampu menggoyahkan apalagi menghilangkan peran sejarah nya bagi Indonesia.
Terima kasih Ibu Megawati, Selamat ulang tahun PDI Perjuangan. (All/Rel)
0 Komentar