Medan, Suaraperjuangan.id - Ragam upaya dilakukan Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk mengatasi persoalan stunting di ibukota Provinsi Sumatera Utara. Sejumlah program pun dihadirkan guna optimalisasi penanganan di antaranya mulai dari program bapak asuh anak stunting (BAAS), pemberian makanan tambahan serta memberikan bantuan program UMKM bagi keluarga yang anaknya terkena penyakit stunting untuk menggerakkan perekonomian keluarga.
Terbaru, menantu Presiden RI Joko Widodo ini menyerahkan kunci rumah bagi 22 kepala keluarga kurang mampu di Tegal Sari Mandala III, Kecamatan Medan Denai. Kunci rumah yang diberikan sebagai simbolis atas dilakukannya perbaikan terhadap rumah yang masuk dalam kategori Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) tersebut.
Selain membantu keluarga kurang mampu untuk menempati rumah yang layak, program perbaikan RTLH ini juga sebagai upaya yang dilakukan menantu Presiden Joko Widodo ini untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya stunting. Sebab, kondisi tempat tinggal yang tidak layak huni juga menjadi salah satu pemicu terjadinya stunting.
Dengan perbaikan yang dilakukan tersebut, suami Ketua TP PKK Kota Medan ini pun berpesan kepada warga untuk menjaga dan merawat rumah yang mereka tempati tersebut. “Saya minta kepada warga yang rumahnya sudah diperbaiki agar menjaga dan merawatnya dengan baik ya,” kata Bobby Nasution saat penyerahan kunci rumah baru-baru ini.
Pengamat kesehatan sekaligus akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) Dr dr Delyuzar MKed(PA) Sp PA (K) menyambut baik langkah Bobby Nasution dalam upaya penanganan stunting, salah satunya melalui perbaikan rumah warga yang tidak layak huni menjadi layak huni. Sebab, jelasnya, penyakit infeksi seperti diare dan saluran pernafasan juga dapat menyebabkan berat badan menurun yang lama kelamaan bisa menjadi stunting.
"Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia. Jadi, sudah benar lah apa yang dilakukan Pak Bobby, " ujar Delyuzar ketika dihubungi, Rabu (15/3).
Guna pengoptimalan penanganan stunting, sambung Delyuzar, perlu penguatan dari hal lainnya seperti memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil sebagai bagian intervensi komprehensif. "Berdasarkan Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan," imbuhnya.
Kemudian, tambahnya lagi, ibu harus memberi ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Sebab, ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI selama enam bulan kepada sang buah hati.
Lalu, imbuh Delyuzar, dampingi ASI dengan MPASI (Makanan Pendamping ASI) sehat. Apalagi ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, bilangnya, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.
"WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter," pesannya menambahkan.
Terakhir, kata Delyuzar, terus memantau tumbuh kembang anak. Terlebih, tidak sulit mengenali anak yang mengalami stunting. Dari segi fisik, mereka biasanya mempunyai postur tubuh lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya.
“Jadi, penting bagi ibu untuk terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya," pungkasnya.(SP)
0 Komentar