MEDAN, SUARAPERJUANGAN.COM - Teka-teki soal siapa yang dipilih bakal calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi untuk menjadi wakilnya pada Pilkada 2024 terjawab sudah.
Edy Rahmayadi mengaku sudah memilih kader PDIP Hasan Basri Sagala yang juga Tenaga Ahli Menteri Agama RI untuk mendampinginya maju di Pilgub Sumut 2024.
"Untuk wakil saya (memilih) Hasan Basri Sagala," kata Edy, kemarin.
Mantan Gubernur Sumut itu mengaku alasan memilih HBS karena yang bersangkutan kader PDIP.
"Pertama kalau tingginya sama jadi simetris dia. Kedua dia merupakan kader PDIP. Saya kan diusung PDIP. Wajar dong kalau dia jadi wakil saya," ujarnya.
Tak hanya itu, kata Edy, HBS merupakan seorang akademisi dan pemuka agama.
"Yang ketiga memang dia seorang akademisi. Ustad yang terbaik dalam kuliahnya. Yang keempat mempunyai motivasi semangat dan tidak pernah berurusan dengan hal hal yang negatif," ujarnya.
Soal pilihan Edy Rahmayadi itu ditanggapi sejumlah kalangan, termasuk tokoh muda yang juga kader Nahdlatul Ulama (NU) Sumatera Utara, Putra Pratama.
Kepada wartawan, Senin (26/8/2024), Putra mengatakan HBS merupakan pilihan yang pas untuk Edy Rahmayadi, terlepas dari latar belakangnya sebagai politisi PDIP.
"Pilihan Pak Edy yakni Hasan Basri Sagala untuk jadi pendamping sudah tepat. Dilihat dari latar belakangnya, pasangan ini nanti akan bisa saling menutupi kekurangan dan melengkapi kelebihan masing-masing," ujar Putra.
Terlebih, Putra menyoroti soal latar belakang HBS sebagai kader NU.
Dikatakan, HBS dilahirkan dan dibesarkan dari rahim NU.
"Beliau kader NU tulen, lahir di Sumatera Utara, dan juga alumni UIN Sumatera Utara Medan," ungkap Putra.
Paling tidak, sambung aktivis muda yang juga adalah Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama ( SNNU ) Sumut ini, kehadiran HBS diyakini bakal membawa dampak positif bagi Ormas keagamaan yang ada di Sumut ini.
"Kalau Edy dan Hasan bersama, warga Nahdliyin bersama Ormas keagamaan lainnya yang ada di Sumut ini kemungkinan dapat bersama di bawah payung koalisi keummatan," yakinnya.
Putra mengulas lagi, kompetisi Pilkada Sumut tahun ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya, karena satu calon diusung oleh beberapa partai besar, sedangkan calon yang satunya lagi hanya diusung oleh koalisi keummatan.
'Tapi ini menarik, kita tunggu saja bagaimana ideologi partai-partai besar tadi akan bisa menarik suara pemilihnya untuk menghadapi soliditas suara ummat, dan ini akan tetap menjadi persaingan yang ketat untuk mengambil simpati dan suara masyarakat Sumut. " demikian Putra. ( ril )
0 Komentar